Minggu, 22 Juli 2012

Belajar Manajemen dari Industri Jepang

Pertumbuhan dan perkembangan industri Jepang merupakan fenomena menarik yang mengubah paradigme teori industri. Bagaimana proses produksi dengan kapasitas mass production dengan pengelolaan sumber daya manusia yang kritikal menjadi momok terbesar industri barat ditepis oleh Industri Jepang. Bagaimana suatu proses pengelolaan sdm yang sulit dan sangat riskan dengan masalah justru menjadi strategi terbesar bagi roda industri Jepang dalam mengelola bisnisnya.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari proses ini, dimana suatu konsep bagaimana mengelola dan mengembangkan tahapan pengukuran manajemen kinerja dapat dipastikan berjalan searah dengan produktivitas. Lalu bagaimana dengan konsep pengendalian dan pengembangan inovasi yang berpotensi terhenti dengan doktrin dan paradigma kebersamaan. Bagaimana menjaga keeksklusifan individu dalam berkembang pada organisasi dengan sistem kebersamaan yang kuat.
Proses pembelajaran menjadi sangat penting untuk mengadaptasikan sistem ini ke dalam manajemen bisnis dalam perusahaan Anda. Berikut adalah ringkasan dari sedikit hal yang bisa dipelajari dari proses pengembangan kedisiplinan yang muncul dalam industri Jepang.

Tahapan 1 : Menghilangkan Konsep Identitas Pribadi dalam Organisasi

Proses pengembangan terhadap konsep identitas pribadi dihilangkan dan diganti dengan konsep organisasi. Bagaimana proses dimulai? Proses dijalankan mulai dari tingkatan pimpinan yang ada dalam perusahaan. Keinginan kuat untuk berkomitmen secara total dalam organisasi dapat terlihat melalui kerja keras dan integritas dalam proses bekerja. Tidak membedakan berdasarkan strata struktur namun lebih melihat kepada output produktivitas sesuai dengan ruang lingkup yang ditetapkan dalam organisasi.

Tahapan 2: Mengembangkan Konsep Belajar secara Terus-Menerus

Salah satu hal yang sangat penting dalam industri Jepang adalah mengembangan metode produksi yang dipastikan optimal dan efisien secara terus-menerus. Tantangan organisasi diterjemahkan sebagai tantangan individu untuk kemudian menimbulkan aspek dinamis yang dikompetisikan. Penilaian kinerja akan terlihat obyektif dan menghargai individu yang haus akan tantangan baru dan pengetahuan baru.

Tahapan 3: Transaparansi Manajemen

Hal yang sangat menarik dalam pola manajemen industri Jepang adalah pengembangan penempatan individu dengan sistem rotasi dan mutasi yang dinamis. Tidak pernah dibiarkan individu pekerja menempati posisi kerja secara terus-menerus dalam posisi tersebut. Sehingga proses bisnis dari alir kerja setiap departemen akan dimengerti oleh karyawan dan proses tersebut akan secara terus menerus diperbaiki dengan melihat sudut pandang yang berbeda. Belum lagi nilai positifnya adalah kompetensi karyawan menjadi semakin meningkat.

Dari ketiga hal tersebut tidak ada salahnya, usaha dan industri Anda mengaplikasikan teknik manajemen pengembangan industri Jepang. Dengan pola manajemen yang lebih memperkuat konsep sistem dan dibarengi dengan komitmen yang kuat, maka bisnis Anda akan memiliki nilai strategi bisnis yang kuat dan sulit untuk dikalahkan oleh kompetitor. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

Jumat, 06 Juli 2012

Mengembangkan Auditor ISO 9001:2008 yang Tepat dan Efektif

Salah satu proses yang muncul dalam penerapan Sistem ISO 9001:2008 adalah proses audit internal. Dalam penerapan sistem audit internal salah satu persyaratan yang diwajibkan bahwa suatu organisasi harus memperhatikan kualifikasi individu yang menjadi auditor secara tepat. Lalu bagaimanakah cara yang tepat untuk memiliki tim internal auditor yang baik dan efektif?

Hal pertama: melakukan proses pelatihan internal auditor

Perusahaan ataupun organisasi yang akan memiliki tim auditor disarankan untuk melakukan program dan kegiatan internal auditor, artinya training harus dijalankan agar tim auditor dapat memahami secara efektif tata cara dari pelaksanaan audit serta yang terpenting adalah pemahaman dari klausul yang ada dalam ISO 9001:2008 itu sendiri. Teknik dan tata cara penyusunan checklist audit serta laporan yang merupakan dari hasil kegiatan audit itu sendiri.

Hal kedua: melakukan proses dan teknik implementasi kegiatan audit

Proses kedua ini adalah bagian terpenting dari suatu proses pengembangan dan pelatihan tim internal audit. Dimana perusahaan/ organisasi melakukan suatu tahapan implementasi langsung dalam menilai kemampuan auditor. Pelatihan tidak akan bermanfaat tanpa disertai dengan jam terbang yang akan mendukung dari kegiatan internal audit itu sendiri.

Hal ketiga: Evaluasi dari tim internal audit

Dimana dari setiap tahapan dan kegiatan audit yang dijanlankan, auditor dilakukan proses evaluasi terhadap performa audit yang dimilikinya mencakup pada kemampuan teknis audit, pemahaman dari area proses kerja, teknik berkomunikasi kepada auditee dan penyusunan laporan. Proses tindak lanjut perlu untuk dilakukan untuk meningkatkan performa auditor seperti penyediaan pelatihan ulang, penambahan jam audit serta program coaching yang dibutuhkan dari kegiatan audit.

Lakukan proses perumusan dan pengembangan kompetensi yang tepat dari program audit internal yang ditetapkan oleh perusahaan/ organisasi Anda. Kembangkan dan lakukan proses referensi eksternal yang tepat untuk memastikan adanya peningkatan bisnis yang sesuai dan optimal dalam bisnis Anda. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

Kamis, 05 Juli 2012

Penetapan Skema Cost Effectiveness yang Tepat

Banyak perusahaan yang salah dalam melakukan proses penerapan cost reduction system. Alih-alih menjalankan suatu fungsi cost reduction malah akhirnya mengeluarkan biaya lainnya akibat dari konsep cost reduction tersebut. Misalnya, untuk melakukan proses penghematan dalam operasional produksi, perusahaan melakukan proses penurunan biaya pemeliharaan peralatan. Bukannya berhasil dalam melakukan proses penghematan namun muncul adanya perbaikan yang lebih serius, kebutuhan penggantian spare part dan nilai produktivitas yang menurun. Kerugian pun akhirnya menumpuk.
Konsep working smart dalam penerapan cost effectiveness adalah untuk memastikan bahwa penetapan nilai biaya memberikan manfaat dengan konsep optimal dan tidak hanya melakukan proses pemotongan biaya. Perusahaan harus menjalankan 6 tahapan yang penting dalam melakukan penetapan skema cost effectiveness.

(1) Tahapan 1: mempelajari konsep dari proses operasional yang dijalankan dalam perusahaan

Lakukan analisis terhadap status bisnis utama yang dijalankan dalam proses operasional perusahaan. Lakukan analisis terkait dengan komponen biaya terbesar yang muncul dari aspek proses tersebut. Rincikan dan uraikan komponen tersebut dengan tepat dan pelajari resikonya apabila komponen biaya tersebut dikurangi, ketika menjadi suatu hal yang kritikal apabila komponen biaya yang dimaksud dikurangi maka efek ke dalam penerapan implementasi menjadi suatu bagian yang kritikal dan memberikan resiko bisnis yang besar ke dalam bisinis.

(2) Tahapan 2: menyusun kalkulasi biaya secara tepat

Melakukan proses perhitungan komponen biaya untuk dapat memastikan bagaimana suatu tahapan standar operasional yang dimaksud sudah sesuai dengan ideal komponen yang ada dalam manajemen operasional. Lakukan proses analisis perhitungan biaya per proses secara tepat untuk memastikan adanya penetapan perencanaan budget yang sesuai. Pengembangan sistem analisis dari penetapan biaya adalah hal yang penting sebelum menjalankan konsep cost effective management system.

(3) Tahapan 3: menyusun budget per perencanaan proses

Melakukan proses pengukuran budget yang terkait dengan manajemen operasional. Budget di tetapkan per unit satuan kerja untuk memastikan bahwa penetapan sesuai lakukan proses perhitungan dari aspek historical (sejarah) dari perhitungan budget yang dimaksud.

(4) Tahapan 4: melakukan proses evaluasi terkait dengan realisasi budget

Melakukan proses pemantauan dan status penggunaan yang berhubungan dengan program budget itu sendiri. Pastikan proses realisasi dan evaluasi dijalankan berdasarkan standar dan persyaratan yang telah ditetapkan. Melakukan proses evaluasi yang berkaitan dengan status penggunaan budget yang dimaksud.

(5) Tahapan 5: melakukan proses koreksi dari status budget

Pastikan apabila terjadai ketidaksesuaian dilakukan proses penetapan terkait dengan status evaluasi budget yang dimaksudkan itu sendiri. Apabila ditemukan ketidaksesuaian maka dilakukan analisis terhadap penetapan status budget yang dimaksud dan dilakukan proses koreksi serta review untuk melihat aktual standar budget yang dimaksudkan itu sendiri.

(6) Tahapan 6: Hitung Efektifitas

Lakukan proses pengukuran manfaat secara umur ekonomi dan produktivitas dalam memastikan bahwa program pembiayaan yang dimaksud telah dijalankan sesuai dengan standar persyaratan yang dimaksud.
Penetapan dan pengembangan skema cost effectiveness harus dipastikan dapat dijalankan dengan memberikan nilai kontribusi bisnis yang lebih kuat dibandingkan dengan konsep pengembangan manajemen cost reduction. Lakukan proses pencarian referensi eksternal yang tepat dalam melakukan program pengelolaan bisnis yang tepat dan optimal dalam perusahaan. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)